Ghibah Jalan Alternatif Menuju Neraka
08.50
By
Muhtar Sholikhin
Islami
0
komentar
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: سَتَكُونُ فِتْنَةٌ صَمَّاءُ، بَكْمَاءُ، عَمْيَاءُ، مَنْ أَشْرَفَ لَهَا
اسْتَشْرَفَتْ لَهُ، وَإِشْرَافُ اللِّسَانِ فِيهَا كَوُقُوعِ السَّيْفِ (رواه أَبُو دَاوُدَ)
Dari Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan terjadi fitnah, orang-orang
tidak lagi dapat mendengar, bisu dan tuli dari kebenaran, barang siapa yang
mencoba untuk mendekati fitnah tersebut maka ia akan tertarik ke dalamnya, dan
ikut serta dalam mengumbar lisan di dalamnya seperti memukulkan
pedang (dalam mengakibatkan bahaya dan luka)." ( H.R. Abu Dawud )
Berbicara tentang ghibah, maka tema ini merupakan bahan diskusi yang
aktual, karena perbuatan ghibah sendiri selalu aktual di kalangan masyarakat
kita. Hadis di atas sangat relevan dengan kondisi masyarakat kita saat ini.
Dimana perbuatan menyalahgunakan fitrah lisan ini sudah menjadi Habbit dan Hobby.
Lisan yang seharusnya mengeluarkan kata-kata kebaikan, santun, lembut, dan
bernilai ibadah, justru digunakan untuk menganiaya diri sendiri dan orang lain
dengan melakukan ghibah. Dimanapun tempatnya dan kapanpun waktunya, penyakit
hati ini selalu menjadi konsumsi rutin masyarakat, baik di beranda rumah, di
warung kopi, arisan, maupun di tempat lain yang rawan sekali dijadikan tempat
menggunjing. Ironisnya, masjid pun terkadang dijadikan arena untuk ghibah
dengan dalih diskusi saat even kajian islami. Acara ghibah ini pun menjadi komoditas
dan tontonan yang mampu mengangkat rating tayangan televisi. Dengan dikemas
sedemikian rupa dan dipandu oleh presenter yang cantik berpakaian setengah
telanjang, acara ghibah atau gossip ini menjadi sajian utama yang dinikmati
oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak kecil hingga orang
tua. Terjadilah ghibah berantai yang dilegalkan, yang tidak lain hal itu
merupakan misi kapitalis dan hedonis. Disadari maupun tidak, mereka sedang
meniti jalan alternatif menuju neraka.
Ghibah
ialah membicarakan sesuatu tentang orang lain, yang jika orang yang dibicarakan
itu mendengarnya , ia tidak menyukainya atau merasa sakit hati karena
pembicaraan tersebut, baik yang dikatakan itu memang benar apa adanya, ataupun
tidak sesuai dengan kenyataan. Para sahabat pernah menanyakan apa yang di
maksud dengan ghibah itu, hadis riwayat Imam Muslim dari Abu
Hurairah di dibawah ini menunjukan jawaban Rasulullah mengenai ghibah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟»
قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ»
قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: «إِنْ كَانَ فِيهِ
مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ
بَهَتَّهُ.(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya:
"Tahukah kamu, apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab; 'Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia
sukai.' Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila
orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? '
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Apabila
benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya.
Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah
membuat-buat kebohongan terhadapnya.' ( H.R. Muslim )
Merujuk
pada hadis di atas, seseorang yang membicarakan kejelekan orang lain, maka
hanya ada dua pilihan, yaitu jika tidak sedang melakukan ghibah, maka ia sedang
melakukan fitnah. Jika kejelekan yang dibicarakan itu memang sesuai dengan
kenyataan, maka hal itu adalah ghibah, sedangkan jika tidak sesuai dengan
kanyataan, maka perbuatan itu merupakan seuatu kedustaan dan fitnah. Keduanya
bukanlah pilihan yang harus kita pilih, melainkan harus kita jauhi.
Perbuatan ghibah ini merupakan perbuatan yang sangat keji, sampai-sampai
Allah mengibaratkan para ahli ghibah itu dengan pemakan bangkai
saudaranya sendiri yang menghantarkan pemakanya ke neraka. Kita sebagai seorang
muslim yang sejati harus menghindarkan diri dari perbuatan ghibah, karena dosa
ghibah tidak hanya dibebankan kepada orang yang menggungjing, akan tetapi juga
mengenai orang yang diajak menggunjing.
Seseorang
yang mengetahui dan mendengar orang lain sedang menggibahi saudaranya, maka
hendaklah ia melarang orang tersebut dengan lisanya. Jika itu tidak
memungkinkan atau si penggunjing itu tidak mau berhenti melakukan perbuatanya,
maka hendaklah ia melarang dengan hatinya, maksudnya lebih baik pergi
meninggalkan tempat ghibah tersebut. Bahkan kita sebagai seorang muslim harus
menjaga kehormatan saudara kita jika sedang digunjing oleh orang lain, yaitu
dengan jalan membela dan berkhusnudzon kepadanya.
Orang yang sedang membongkar aib saudaranya, sejatinya dia sedang menempuh
sebuah proses untuk membuka aibnya sendiri baik di dunia maupun di akhirat,
artinya dia sedang menganiaya dirinya sendiri. Allahlah yang akan
membalasnya. Tentu balasan Allah lebih pedih daripada yang telah ia lakukan.
Sebagimana sebuah hadis riwayat Ahmad dari al-Barzah al-Aslamy menerangkan :
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ
قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ مَنْ
آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلْ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا
الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ
عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ
يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ (رواه أحمد)
Dari Abu Barzah Al Aslamy berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Wahai orang yang imannya masih sebatas
lisannya dan belum masuk ke hati, janganlah kalianmenggunjing orang-orang
muslim, janganlah kalian mencari-cari aurat ('aib) mereka. Karena barang siapa
yang selalu mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan membongkar
kesalahannya, serta barang siapa yang diungkap auratnya oleh Allah, maka Dia
akan memperlihatkannya (aibnya) di rumahnya." (H.R. Ahmad).
Allah akan menyiksa para ahli ghibah di alam kubur nanti. Rasulullah pernah
melewati kuburan. Kemudian beliau bersabda :
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَيُعَذَّبُ فِي الْبَوْلِ،
وَأَمَّا الْآخَرُ فَيُعَذَّبُ فِي الْغِيبَةِ (رواه ابن ماجة)
"Keduanya
sedang disiksa, dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa
karena tidak menjaga kebersihan ketika kencing dan yang lain disiksa karena
berbuat ghibah." (H.R. Ibnu Majah)
Bahaya
ghibah itu tidak selesai sampai disini ,
setelah dibongkar aibnya oleh Allah dan mendapatkan siksa kubur, para ahli
ghibah juga akan merasakan siksa Allah di neraka. Mereka akan dimasukan ke
dalam neraka dengan cara yang hina dan disiksa dengan cara yang hina pula.
Dalam hadis riwayat Abu Dawud dari Anas bin Malik disebutkan :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَمَّا عُرِجَ بِي
مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ
وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ، قَالَ: هَؤُلَاءِ
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ . (رواه أَبُو دَاوُدَ)
Dari Anas bin Malik
ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Ketika aku dinaikkan ke lagit (dimi'rajkan), aku melewati suatu kaum yang
kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka
dan dada mereka. Aku lalu bertanya, "Wahai Jibril, siapa mereka itu?"
Jibril menjawab, "Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging
manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka." ( H.R. Abu Dawud )
Itulah diantara bahaya-bahaya yang disebabkan karena kurangnya penjagaan
terhaap lisan. Ghibah yang sangat mudah dilakukan dan terlihat sepele ternyata
adalah perangkap syetan yang harus kita waspadai. Imam al-Ghazali dalam
kitabnya “Ihya’ Ulumuddin” mengatakan bahwa seseorang yang telah
menggunjing saudaranya, maka hendaklah ia menyesali perbuatanya dan bertaubat
kepada Allah dengan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Kemudian
hendaklah ia meminta maaf kepada orang yang telah ia gunjing untuk
menghalalkannya sehingga ia terbebas dari perbuatan dzalim. Itulah kafarat yang
harus ditebus oleh orang yang telah menggunjing saudaranya. Meminta
maaf kepada korban ghibah merupakan konsekuensi moral yang berat yang harus
dilakukan oleh pelaku ghibah. Sebagian ulama berpendapat bahwa hal itu wajib
dilakukan untuk menebus kesalahanya. Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah
menilai perbuatan ghibah itu lebih parah daripada perbuatan zina. Hadis riwayat
Ahmad dari Jabir bin Abdullah dan Abu sa’id al-Khudry menerangkan sebagai
berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ،
وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَا: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْغِيبَةُ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا» . قِيلَ: وَكَيْفَ؟
قَالَ: «الرَّجُلُ يَزْنِي ثُمَّ يَتُوبُ، فَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَإِنَّ
صَاحِبَ الْغِيبَةِ لَا يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبُهُ» (رواه أحمد)
Dari Jabir bin
Abdillah dan Abu Sa’id al-Khudry, keduanya berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda
: “Ghibah itu lebih parah daripada zina” Lalu ditanyakan : “Bagimana bisa (wahai
Rasulullah)?Rasulullah menjawab : Apabila seseorang berzina lalu bertaubat,
maka Allah akan menerima taubatnya. Sedangkan orang yang menggunjing tidak akan
diampuni sebelum orang yang digunjing mengampuninya. (H.R. Ahmad)
Allah maha adil, Dia tidak hanya memberikan tandzîr (peringatan)
kepada hambanya, tetapi juga memberikan tabsyîr (kabar
gembira) .Dia memberikan ancaman siksa yang berat bagi para pemakan daging
saudaranya. Di sisi lain, Allah juga memberikan jaminan bagi hambanya yang
senantiasa menjaga diri dari sifat ghibah yang dilarang agama. Dia akan
menjaganya dari siksa api neraka. Hadis dibawah ini lebih menjelaskan mengenai
hal tersebut :
عَنْ أَبِي
الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ رَدَّ عَنْ
عِرْضِ أَخِيهِ رَدَّ اللَّهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه
الترمذى)
Dari Abu Darda' dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Barangsiapa yang menahan ghibah terhadap saudaranya,
maka Allah akan menyelamatkan wajahnya dari api neraka kelak pada hari
kiamat." (H.R. Tirmidzi )
Source : http://annisaervina.blogspot.com/
Source : http://annisaervina.blogspot.com/
0 komentar:
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak mengandung spam...